Keyakinan yang berkembang dewasa ini adalah Industri rokok memberi sumber kehidupan bagi banyak orang, salah satunya adalah para petani tembakau. Mundur majunya ekonomi dan kesejahteraan petani tembakau bergantung pada industri rokok. oleh karena itu, ketika muncul wacana pengharaman rokok, isu kesejahteraan petani tembakau menjadi salah satu yang santer disuarakan dalam menolak pengharaman rokok. Pengharaman rokok dikhawatirkan akan mematikan industri rokok yang pada gilirannya petani tembakau juga menanggung imbasnya.
Benarkah keyakinan tersebut? keyakinan itu mungkin saja benar, tapi juga bisa sebaliknya.
Bila kita menghitung oportunity cost (biaya oportunitas) menanam tanaman tembakau, mungkin petani tembakau selama ini dalam keadaan merugi. Oportunity cost adalah pendapatan atau keuntungan yang seharusnya bisa diperoleh apabila petani menanam tanaman lain. misal, apabila petani menanam pohon kakau, dia akan memperoleh pendapatan bersih 40 juta pertahun. Tapi karena petani memilih menanam tembakau maka petani tidak akan memperoleh 40 juta. 40 juta itulah yang disebut sebagai oportunity cost.
Salah satu kenyataan dilapangan, perhitungan oportunity cost menunjukkan bahwa dengan menanam tembakau, petani menjadi merugi. Seperti yang terjadi pada petani tembakau di Mranggen Demak, berkat tanaman tembakaunya yang sering rusak karena banjir, petani beralih menanam semangka. Semangka yang ditanam ternyata memberi keuntungan dua kali lipat dari pendaptan menanam tembakau, padahal menurut petani hasil semangka ini masih belum maksimal. Dengan demikian Oportunity cost yang ditanggung menanam tembakau, itu lebih besar dua kali lipat dari pendapatan menanam tembakau. Ali salah seorang petani menuturkan "’Hasilnya mungkin belum maksimal, karena ini kali pertama lahan ini ditanami semangka. Begitu juga dengan biaya produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman tembakau. Namun, bila sudah panen, hasil produksinya bisa dua kali lipat daripada tembakau". (Suara Merdeka)
Tak hanya di mranggen demak, di temanggung yang menjadi sentra petani tembakau juga mengalami hal serupa, ternyata menanam tanaman kopi menguntungkan. "Selama ini masyarakat Temanggung menganggap tanaman tembakau lebih menguntungkan. Padahal dari sisi konservasi tanah, tanaman kopi lebih menguntungkan,"ungkap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab Temanggung Setyo Pramono, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (OkeZone)
Krisis pangan yang mulai terjadi beberapa tahun yang lalu juga meningkatkan biaya oportunitas. Sebab petani akan jauh diuntungkan bila menanam komoditas-komoditas pangan yang belakangan harganya terus naik.
Akan tetapi pada awal tahun 2009 Himpunan Kerukunan Tani Indonesia menilai, konversi tanaman tembakau ke komoditas lain justru akan merugikan petani. Ketua Badan Pertimbangan Organisasi HKTI Siswono Yudhohusodo di Jakarta, Selasa (20/1/2009) mengatakan, di Indonesia saat ini sedang berkembang wacana untuk mendorong petani tembakau mengkonversi atau mengalihkan tanaman tembakau mereka ke komoditas lain. “Kebijakan tersebut hanya akan menyebabkan petani tembakau kehilangan mata pencarian karena lahan-lahan yang tidak cocok dibudidayakan dengan komoditas lain akan menghasilkan panen yang buruk,” katanya. (Medan Bisnis Online)
Apa yang dikhawatirkan oleh HKTI ternyata dipatahkan oleh petani Mranggen, sebagaimana yang dikatakan oleh Ali salah seorang petani, mengomentari hasil panen semangkanya yang melimpah dia menuturkan "’Hasilnya mungkin belum maksimal, karena ini kali pertama lahan ini ditanami semangka. Begitu juga dengan biaya produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman tembakau. Namun, bila sudah panen, hasil produksinya bisa dua kali lipat daripada tembakau". (Suara Merdeka).
Meski demikian perlu penelitian lebih dalam jangan sampai pernyataan HKTI itu memperkuat mitos sebuah tempat hanya cocok untuk tanaman tertentu. Karena komoditas lain bisa saja lebih menguntungkan. Bila petani bisa beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan, mereka tidak akan lagi bergantung pada industri rokok yang selalu diklaim menghidupi banyak petani tembakau. Dimana industri rokok akan selalu menjadi polemik dalam masalah kesehatan masyarakat.
Bagaimana menurut anda?
Referensi :
Benarkah keyakinan tersebut? keyakinan itu mungkin saja benar, tapi juga bisa sebaliknya.
Bila kita menghitung oportunity cost (biaya oportunitas) menanam tanaman tembakau, mungkin petani tembakau selama ini dalam keadaan merugi. Oportunity cost adalah pendapatan atau keuntungan yang seharusnya bisa diperoleh apabila petani menanam tanaman lain. misal, apabila petani menanam pohon kakau, dia akan memperoleh pendapatan bersih 40 juta pertahun. Tapi karena petani memilih menanam tembakau maka petani tidak akan memperoleh 40 juta. 40 juta itulah yang disebut sebagai oportunity cost.
Salah satu kenyataan dilapangan, perhitungan oportunity cost menunjukkan bahwa dengan menanam tembakau, petani menjadi merugi. Seperti yang terjadi pada petani tembakau di Mranggen Demak, berkat tanaman tembakaunya yang sering rusak karena banjir, petani beralih menanam semangka. Semangka yang ditanam ternyata memberi keuntungan dua kali lipat dari pendaptan menanam tembakau, padahal menurut petani hasil semangka ini masih belum maksimal. Dengan demikian Oportunity cost yang ditanggung menanam tembakau, itu lebih besar dua kali lipat dari pendapatan menanam tembakau. Ali salah seorang petani menuturkan "’Hasilnya mungkin belum maksimal, karena ini kali pertama lahan ini ditanami semangka. Begitu juga dengan biaya produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman tembakau. Namun, bila sudah panen, hasil produksinya bisa dua kali lipat daripada tembakau". (Suara Merdeka)
Tak hanya di mranggen demak, di temanggung yang menjadi sentra petani tembakau juga mengalami hal serupa, ternyata menanam tanaman kopi menguntungkan. "Selama ini masyarakat Temanggung menganggap tanaman tembakau lebih menguntungkan. Padahal dari sisi konservasi tanah, tanaman kopi lebih menguntungkan,"ungkap Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab Temanggung Setyo Pramono, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (OkeZone)
Krisis pangan yang mulai terjadi beberapa tahun yang lalu juga meningkatkan biaya oportunitas. Sebab petani akan jauh diuntungkan bila menanam komoditas-komoditas pangan yang belakangan harganya terus naik.
Akan tetapi pada awal tahun 2009 Himpunan Kerukunan Tani Indonesia menilai, konversi tanaman tembakau ke komoditas lain justru akan merugikan petani. Ketua Badan Pertimbangan Organisasi HKTI Siswono Yudhohusodo di Jakarta, Selasa (20/1/2009) mengatakan, di Indonesia saat ini sedang berkembang wacana untuk mendorong petani tembakau mengkonversi atau mengalihkan tanaman tembakau mereka ke komoditas lain. “Kebijakan tersebut hanya akan menyebabkan petani tembakau kehilangan mata pencarian karena lahan-lahan yang tidak cocok dibudidayakan dengan komoditas lain akan menghasilkan panen yang buruk,” katanya. (Medan Bisnis Online)
Apa yang dikhawatirkan oleh HKTI ternyata dipatahkan oleh petani Mranggen, sebagaimana yang dikatakan oleh Ali salah seorang petani, mengomentari hasil panen semangkanya yang melimpah dia menuturkan "’Hasilnya mungkin belum maksimal, karena ini kali pertama lahan ini ditanami semangka. Begitu juga dengan biaya produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman tembakau. Namun, bila sudah panen, hasil produksinya bisa dua kali lipat daripada tembakau". (Suara Merdeka).
Meski demikian perlu penelitian lebih dalam jangan sampai pernyataan HKTI itu memperkuat mitos sebuah tempat hanya cocok untuk tanaman tertentu. Karena komoditas lain bisa saja lebih menguntungkan. Bila petani bisa beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan, mereka tidak akan lagi bergantung pada industri rokok yang selalu diklaim menghidupi banyak petani tembakau. Dimana industri rokok akan selalu menjadi polemik dalam masalah kesehatan masyarakat.
Bagaimana menurut anda?
Referensi :
- Tanah Sumberejo Cocok untuk Semangka
- Petani Tembakau Diminta Beralih Tanam Komoditas Lain
- HKTI: Konversi Tanaman Tembakau Rugikan Petani
- Opportunity cost
setahu pimpii, jarang petani ada yang diuntungkan oleh pabrikan. Bukan soal apa yang ditanam, padi, sayur, buah, tembakau sekalipun.... tetapi tentang kesejahteraan. Petani tembakau merugi kalau rokok diharamkan, bisa jadi jika mereka ngotot menanam tembakau. Namun akan berbeda jika mereka dapat segera menanam komoditas lainnya. Jadi cukup tepat jika mendorong petani tembakau untuk segera mengkonversi tembakau ke lainnya...
BalasHapussemoga konversi tidak hanya konversi, tapi dibarengi dengan kajian yang mendalam dan regulasi yang jelas serta adil bagi semua pihak.
BalasHapusHKTI ini bukannya mendukung tapi kok malah menyurutkan semangat dan kreativitas petani tembakau untuk memperbaiki nasib dengan mencoba menanam tanaman lain. Sebenarnya kalian kerja untuk kepentingan siapa sih?
BalasHapusMenurut saya, golongan yang paling diuntungkan dalam industri rokok adalah pabrik dan tengkulak, bukannya para petani yang sudah susah payah menanam tembakau.
BalasHapusSebagai orang kesehatan pun, saya melihat justru terlalu banyak madhorot daripada manfaat nya bercocok tanam tembakau, karena sampai saat pemanfaatan tembakau hanyalah untuk rokok saja. Belum ditemukan zat aktif dalam tembakau yang bs digunakan sebagai obat (sepanjang pengetahuan saya).
Sehingga kalau saya boleh mengatakan petani ya rugi, masyarakat ya rugi karena tidak ada 1 ahli medis pun yang mengatakan bahwa tembakau (bahan dasar rokok) itu baik, siapa yg diuntungkan? Pabriknya saja saya rasa
Bah yang penting petani bisa mendapat penghasilan, coba bayangkan andai petani tembakau semua beralih tanam semangka apakan tanam semangka masih menguntungkan mengingat semangka tidak tahan lama kalau ada yang untung menanam semangka mungkin itu hanya kebetulan saja cuacanya pas mendukung dan yang lainnya tidak menanam semangka. Tanam Kopi????? berapa tahun petani harus nunggu panennya terus selama menunggu petani makan apa??? beralih tanam Padi??? ya ga mungkin lah masak kemarau tanam padi yang nyuruh nanam padi mungkin asal njeplak saja antara mata dan otaknya terpisah kali, beralih tanam kedelai??? rasanya tidak ada sejarahnya petani indonesia mendapat keuntungan dengan karena tanam kedelai karena pemerintah pun tidak pernah mengurusi petani yang menanam kedelai...
BalasHapus