
Sebagai tandingannya, isu yang diusung adalah Faham ekonomi kerakyatan, dimana kebijakan pemerintah akan lebih berpihak pada rakyat kecil, usaha kecil dan menengah, serta roda-roda yang menggerakkan ekonomi rakyat kecil.
Di sini saya tidak akan membahas lebih lanjut apa itu ekonomi neoliberal dan apa ekonomi kerakyatan. Pada kesempatan ini saya ingin meng-opinikan salah satu roda ekonomi yang paling dekat dengan kita yang insya allah berhubungan dengan wacana ekonomi neolib vs ekonomi kerakyatan, yaitu minimarket dan toko kelontong dekat rumah kita.
Keberadaan minimarket biasanya dimiliki pemegang modal besar, yang dengan modalnya itu mereka dengan mudah mengembangkan sayap usahanya. Bahkan dengan modal besarnya itu mereka melakukan penetrasi pasar hingga ke cerug yang paling kecil sekalipun seperti desa dan pemukiman. Untuk menambah lebih besar skala bisnisnya, minimarket-minimarket saat ini berlomba menawarkan sistem waralaba yang memungkinkan para "pemilik modal besar" lainnya ikut melebarkan sayap minimarket tersebut. Sehingga para pemilik modal besarlah yang mampu menikmati lezatnya bisnis retail.
Coba simak video salah satu profil minimarket berikut:
Wow, menarik bukan? seorang yang sudah mapan dengan bisnisnya, hanya dengan merogoh koceknya yang tebal, dia bisa menciptakan pundi-pundi uang yang baru tanpa harus susah payah meninggalkan bisnis utamanya. Tak tanggung tanggung, waralaba yang bisa dibeli, delapan gerai.
Usaha pengelola minimarket memperlebar jangkauan bisnisnya hingga ke pelosok desa dan pemukiman-pemukiman, menjadi angin segar bagi konsumen dimana konsumen akan memiliki banyak alternatif dalam berbelanja. Akan tetapi di saat yang sama ternyata di sana ada karang yang rapuh yang akan terhempas dan hancur diterjang gelombang ekspansi waralaba minimarket, karang itu adalah "toko kelontong" tetangga kita. Toko yang selama ini menyediakan barang-barang kebutuhan kita dari peralatan kebersihan hingga keperluan konsumsi keluarga, akan tergusur oleh mini market.
Target Pasar Minimarket
Kenapa saya menghawatirkan toko kelontong, bukan pasar tradisional? Karena target pasar minimarket adalah end-user/konsumen di pemukiman di mana mereka ini adalah pelanggan setia toko kelontong. Dalam salah satu artikel yang diterbitkan oleh Republika (12/1/2008) dan diposting ulang oleh salah satu pengelola minimarket besar dengan judul "Pilihan Belanja Mudah di Kawasan Pemukiman", mengindikasikan bahwa target market mereka adalah konsumen keluarga di pemukiman-pemukiman. "Karena minimarket juga tersebar hingga ke pelosok dan bahkan biasanya berada lingkungan tempat tinggal", disebutkan dalam artikel tersebut.
Bahkan dalam salah satu profil minimarket terkemuka, disebutkan dengan eksplisit bahwa salah satu target geografis pasarnya adalah "Area Perumahan"
Toko Kelontong Bagaimana Nasibmu?
Keberadaan Toko kelontong ditengah hempasan gelombang ekspansi pemodal besar agaknya menghawatirkan. Tidak perlu ditanyakan bagaimana kondisi persaingan diantara mereka, karena kita tahu seberapa besar nyali toko kelontong dibandingkan dengan kekuatan minimarket. Toko kelontong tentu takkan bisa menyediakan kenyamanan sebagaimana minimarket, kelengkapan barang toko kelontong tak selengkap minimarket, harga yang ditawarkan toko kelontong juga tidak mampu bersaing dengan minimarket, karena mini market besar biasanya sudah meliki jaringan distribusi yang efisien (kalo tidak mau dikatakan langsung mengambil dari produsen).
Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang menjadi harapan campur tangan pemerintah dalam mengatur persaingan yang adil tak bisa diandalkan sepenuhnya, karena kita tahu tak sedikit penghianatan pemerintah terhadap peraturan yang dia tetapkan sendiri. Apalagi adanya oknum pemerintah yang korup yang mudah disuap untuk meloloskan izin usaha dimana sebenarnya surat tersebut tak layak terbit.
Bila kita membaca wacana faham ekonomi neoliberal Vs ekonomi kerakyatan, ekspansi ke pemukiman-pemukinan yang dilakukan minimarket adalah wujud implementasi ekonomi neolib. Bagaimana menurut anda? lalu bagaimana agar terjadi persaingan yang adil?
Diakhir tulisan ini, saya ingin membagi pengalaman saya dalam berbelanja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya seperti deterjen, sabun mandi, gula, kopi, mie instan, kosmetik, serta cemilan, saya biasanya membelinya di toko dekat rumah. Alasan saya sederhana: karena dengan membeli di toko kelontong milik tetangga, saya telah membantu menggerakkan roda dagang mereka yang modalnya kecil. Karena kalo bukan saya dan warga sekitar siapa lagi yang bisa menggerakkan perputaran modal mereka. Dan bila saya dan warga lain beralih berbelanja ke Minimarket, bagaimana nasib mereka pemilik toko kelontong? Bukankah para pemodal besar dan pemilik minimarket telah memiliki bisnis dan usaha yang telah mapan lainnya (simak lagi video di atas).
Refensi :
Isi Toko Modern Segera Dibatasi Dengan Perda
Pilihan Belanja Mudah di Kawasan Pemukiman
Revitalisasi Pasar Tradisional, Toko Modern Diminta Menjauh
Target Pasar Alfamart
video courtesy of Indomaret
saya netral aja deh .. hehehe
Hapusmemang, kesenjangan terjadi dimana-mana.
HapusSaya jadi prihatin
iya juga ya
Hapusminimarket malah mengalahkan toko2 kecil dirumah... toko kakak saya juga ngga rame2 banget kalah saingan ma minimarket T_T
salammmm.... makasih sudah mampir ya hehee
Hapussusah nasib rakyat kecil di negara ini.. cape dech
Hapus@ocim netral apa serius...?
Hapus@andri moga dapet jalan rezeki yang lebih baik.
@slamdunk silaturrohim bisa datengkan rizki..
@jaloe meskipun capek, tetep aja adalah kewajiban sesama manusia untuk membantu..
saya di tengah-tengah ajah.
Hapussemua ini adalah karena pemerintah tidak memiliki antisipasi dalam menghadapi tantangan zaman. kapitalisme semakin cerdas dalam menghisap keuntungan tanpa peduli siapa yang dirugikan. sedangkan pemerintah semakin dungu dalam melindungi rakyatnta. bangga menjadi neo liberal padahal rakyat terlantar.
Hapusbenar sekali, minimarket biasanya lebih lengkap dari toko kelontong. apalagi jika minimarket tersebut baru berdiri, harga lebih murah (untuk mencari pelanggan lebih dulu, walaupun nanti lama-lama juga mahal), ditambah dengan undian berhadiah (untuk menjaring komsumen lagi), pasti akan tambah banyak yg datang ke minimarket.
Hapussemakin terhimpit saja toko kelontong yg di tetangga kita.
makasih sharingnya, dari keadaan di sekeliling kita bisa jadi artikel yg menarik.
salam.
@kharis ya.. harus adil maksudnya kan?
Hapus@arifin moga aja pemerintah lebih bijaksana.
@narti mari kita saling share hal2 yang bermanfaat bagi kita semua.
Kekuatan toko kelontong yang tidak dimiliki oleh Minimarket adalah disitu kita bisa ngutang! Warung2 kecil bisa hidup karena melayani rakyat kecil yang dapat income kecil dlm waktu tertentu. Beresiko tetapi dibalik resiko itu...ada harapan.
Hapus@andi bener juga tuh. soalnya tak jarang pas lagi bokek atau uang kurang, biasanya saya bilang "bu kurangannya besok ya.. "
Hapustapi jangan kebanyakan utang, kasihan modalnya yang harusnya diputer jadi mandek gara2 diutang.
di satu sisi ini adalah hasil olah kreatifitas. Yang kreatiflah pemenangnya. Pemasaran mereka telah menarik dan mengubah cara pandang belanja masyarakat. Sementara Toko Kelontong masih tetap konservatif sehingga kalah bersaing. Di sisi lain pemerintah kita dengan adanya Program Pemberdayaan Usaha Kecil tidak menyentuh pembinaan di sektor ritel.
HapusMungkin itu sedikit catatatn saya. Trim Mas, salam kenal.
Salam persahabatan dari Blogger Borneo. Hanya sekedar menambahkan pada saat sekaran ini ada satu lagi jenis toko yang bisa dikembangkan yaitu Toko Online. Lebih efisien dan hemat biaya banget...
Hapusbegitulah bisnis sekarang sobb,,, apapun pilihannya pastikan itu yang terbaik..
Hapussalam hangat blogger semarang
wah bener nich...... PR kecil tapi pengunjung berjibun....
Hapus