Ketika Pak Sawali seorang guru di Kendal meluncurkan website sekolah SMPN 2 Pegandon, saya berkomentar yang salah satunya bahwa kebanyakan website-website sekolah yang bercokol di dunia maya itu hangat-hangat tai ayam. Semangat sekali di awal, namun lama lama jadi mlempen. Hal itu bisa dilihat dari kuantitas dan kualitas kontennya. Pada saat peluncuran website, pengelola produktif sekali menelorkan konten. Sehari bisa update lebih dari dua kali. Namun dua tiga bulan ke depan? Apakah ada tulisan baru?
kalo ada tulisan baru, apakah itu original dan berkualitas? ataukah hanya tulisan-tulisan yang tak lebih dari sekedar repost menyalin isi website lain. Demikian kira-kira gambaran saya setelah mengujungi beberapa website sekolah di Demak.
Kondisi demikian sebenarnya tak hanya terjadi di website sekolah, tapi juga di banyak website, blog atau portal-portal lainnya. Mood, motivasi dan kondisi pengelola yang fluktuatif menjadi penyebab kenapa website bisa mandek. Tak usah jauh-jauh melihat semut di sebrang lautan, sebagai contoh adalah blog demak-ku ini juga sama setali tiga uang.
Oleh karenanya tulisan ini sebagai otokritik untuk diri saya pribadi dan masukan bagi para pengelola website sekolah, agar di tengah-tengah banjirnya informasi di dunia maya, nantinya akan ada informasi yang berkualitas dan mutakhir dari dunia pendidikan . Di mana konten yang disediakan menjadi alternatif sekaligus penyeimbang informasi-informasi yang cenderung destruktif terhadap generasi muda terutama usia sekolah.
Mari Kita Perbaiki
Di sini saya tidak bermaksud untuk menggurui para guru atau siapapun. Pengalaman susahnya ketika dulu mengelola website KSEI UNDIP yang pada waktu itu berdomain www.kseiundip.org mendorong saya sharing masalah ini.
Tidak seperti mengelola blog atau website pribadi, mengelola website sekolah memiliki tantangan relatif lebih banyak dan lebih sulit. Dalam kesempatan ini saya hanya akan membahas dua hal saja, mudah mudahan ini yang paling penting dan memperi impact konstruktif. Yang pertama adalah Pengelola dan yang kedua adalah konsep website.
Pengelola Website.
Seperti yang saya katakan, mengelola website sekolah memiliki tantangan yang lebih besar dibandingkan mengurusi blog pribadi. Akan tetapi pengelolaannya tidak dilakukan secara serius dan profesional. Sebagian besar website sekolah tidak memiliki organisasi atau tim pengelola. Website hanya dikerjakan oleh seorang diri yang dianggap menguasai IT walaupun hanya sedikit-sedikit. Seseorang itu memborong habis lini-lini pekerjaan pembuatan dan pengelolaan website bak seorang webmaster, mulai dari konsep, design, program, hingga administrasi konten website. Tak ayal hasilnya amburadul. Tersedianya Content Management System (CMS) sebagai engine website, ribuan design template/theme website di pasaran, beragam tutorial pembuatan website, bukan berarti pekerjaan bisa ditangani seorang diri secara amatiran. Butuh seseorang yang bisa meng-custom bahan-bahan tersebut agar bisa diracik menjadi website yang menarik dikunjungi.
Sudah hanya dilakukan oleh seorang diri, e.... dilakukan pula di sisa tenaga dan pikiran. Umumnya pekerjaan mengurus website ditugaskan kepada mereka yang dianggap memiliki waktu kosong di sekolah, baik itu petugas TU, atau guru yang kebetulan hanya sedikit mengampu mata pelajaran. Mereka tidak punya waktu khusus untuk update website kecuali di sisa waktu kerja mereka, itupun kalo moodnya sedang bagus. Dengan demikian apakah ada jaminan website akan update secara konsisten?
Beranjak dari kondisi diatas, adalah menjadi keniscayaan apabila website sekolah tidak ditangani dengan cara oneman show, tapi ditangani oleh sebuah tim profesional yang terdiri dari administrator dan publisher atau penulis. Administrator memiliki tanggung jawab dan wewenang mengutak atik konten dan tampilan website agar tampak hidup, melakukan tanggapan dan respon atas feedback dari pengunjung dan memastikan website selalu update secara berkala dan berkesinambungan. Untuk tugas ini, ada baiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang terutama yang melek teknologi.
Sementara publisher atau penulis menjadi penentu ada tidaknya tulisan baru muncul. Konten website berupa tulisan baik yang bersifat berita, opini, feature, karya sastra, atau sebuah gambar ilustrasi merupakan ruh dari sebuah website. Website akan hidup apabila selalu ada konten yang update. Dan website akan tampak mati dan ditinggalkan oleh pengujung apabila tak ada konten baru yang menarik. Untuk itu butuh seseorang atau tim yang memastikan ada tulisan baru secara berkala, apakah itu harian atau mingguan.
Tugas tulis menulis konten bisa saja dilakukan dan dirangkap oleh seorang administrator, tapi dengan banyaknya tugas yang diemban administrator terutama tugas utamanya di sekolah apakah mereka akan sanggup untuk konsisten menelurkan tulisan secara berkala? Sebaiknya tugas publisher ini diamahkan kepada para guru baik sesuai dengan bidang ilmu yang di miliki maupun lintas bidang ilmu yang ampu. Sebagai contoh tulisan bersifat motivasi belajar dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling (BK), tulisan bertema agama dan akhlaq diserahkan kepada para guru agama, liputan kegiatan sekolah oleh tim jurnalis sekolah atau oleh siswa. Tak menutup kemungkinan para guru menulis dengan tema bebas tanpa terikat bidang ajar yang diembannya, karena kita tahu guru tak hanya membaca dan memiliki pengetahuan di bidang yang diajarkannya saja.
Melibatkan para guru dan siswa dalam mengisi website tak hanya bermanfaat bagi perkembangan website saja, tetapi bisa menjadi media penyalur kreativitas para guru dan siswa. Sehingga para guru dan siswa terdorong untuk selalu mengembangkan kreativitasnya.
Pelibatan guru mengisi website tentu saja jangan sampai, mengganggu tugas utama mereka mendidik siswa. Agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar perlu ada pengaturan jadwal.
Meskipun demikian, sebenarnya mengisi tulisan di website bisa dikatakan menjadi alternatif bagi para guru dalam mendidik dan mengajar siswanya. Jika selama ini para guru mengajar di dalam kelas yang hanya didengarkan oleh siswanya yang berada di kelas, dengan membuat tulisan di website, pemikiran para guru bisa ditangkap oleh peserta didik yang lebih luas tidak terbatas yang berada di dalam kelas. Di era teknologi informasi saat ini, di mana para pelajar menjadi terbiasa surfing di internet, para pelajar menjadi kebanjiran informasi yang tak jarang memberi dampak buruk terhadap pelajar. Di sini kehadiran karya para guru di dunia internet sangat dibutuhkan.
Dengan adanya tim pengelola website yang terdiri dari administrator dan publisher, diharapkan website bisa hidup dan selalu update. Pak dan Bu Guru, mari kita update websitenya
Karena tulisan ini saya rasa dah terlalu banyak, dan akan sangat membosankan bila saya lanjutkan, maka hal kedua yaitu "konsep website", akan saya bahas dilain kesempatan. Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
__________________________
Berikut ini adalah daftar website dan blog sekolah - sekolah yang ada di Demak, bila ada yang belum tercantum mohon informasikan kepada saya di alamat email mumunto et gmail dot com:
Modified by Gallerico
kalo ada tulisan baru, apakah itu original dan berkualitas? ataukah hanya tulisan-tulisan yang tak lebih dari sekedar repost menyalin isi website lain. Demikian kira-kira gambaran saya setelah mengujungi beberapa website sekolah di Demak.
Kondisi demikian sebenarnya tak hanya terjadi di website sekolah, tapi juga di banyak website, blog atau portal-portal lainnya. Mood, motivasi dan kondisi pengelola yang fluktuatif menjadi penyebab kenapa website bisa mandek. Tak usah jauh-jauh melihat semut di sebrang lautan, sebagai contoh adalah blog demak-ku ini juga sama setali tiga uang.
Oleh karenanya tulisan ini sebagai otokritik untuk diri saya pribadi dan masukan bagi para pengelola website sekolah, agar di tengah-tengah banjirnya informasi di dunia maya, nantinya akan ada informasi yang berkualitas dan mutakhir dari dunia pendidikan . Di mana konten yang disediakan menjadi alternatif sekaligus penyeimbang informasi-informasi yang cenderung destruktif terhadap generasi muda terutama usia sekolah.
Mari Kita Perbaiki
Di sini saya tidak bermaksud untuk menggurui para guru atau siapapun. Pengalaman susahnya ketika dulu mengelola website KSEI UNDIP yang pada waktu itu berdomain www.kseiundip.org mendorong saya sharing masalah ini.
Tidak seperti mengelola blog atau website pribadi, mengelola website sekolah memiliki tantangan relatif lebih banyak dan lebih sulit. Dalam kesempatan ini saya hanya akan membahas dua hal saja, mudah mudahan ini yang paling penting dan memperi impact konstruktif. Yang pertama adalah Pengelola dan yang kedua adalah konsep website.
Pengelola Website.
Seperti yang saya katakan, mengelola website sekolah memiliki tantangan yang lebih besar dibandingkan mengurusi blog pribadi. Akan tetapi pengelolaannya tidak dilakukan secara serius dan profesional. Sebagian besar website sekolah tidak memiliki organisasi atau tim pengelola. Website hanya dikerjakan oleh seorang diri yang dianggap menguasai IT walaupun hanya sedikit-sedikit. Seseorang itu memborong habis lini-lini pekerjaan pembuatan dan pengelolaan website bak seorang webmaster, mulai dari konsep, design, program, hingga administrasi konten website. Tak ayal hasilnya amburadul. Tersedianya Content Management System (CMS) sebagai engine website, ribuan design template/theme website di pasaran, beragam tutorial pembuatan website, bukan berarti pekerjaan bisa ditangani seorang diri secara amatiran. Butuh seseorang yang bisa meng-custom bahan-bahan tersebut agar bisa diracik menjadi website yang menarik dikunjungi.
Sudah hanya dilakukan oleh seorang diri, e.... dilakukan pula di sisa tenaga dan pikiran. Umumnya pekerjaan mengurus website ditugaskan kepada mereka yang dianggap memiliki waktu kosong di sekolah, baik itu petugas TU, atau guru yang kebetulan hanya sedikit mengampu mata pelajaran. Mereka tidak punya waktu khusus untuk update website kecuali di sisa waktu kerja mereka, itupun kalo moodnya sedang bagus. Dengan demikian apakah ada jaminan website akan update secara konsisten?
Beranjak dari kondisi diatas, adalah menjadi keniscayaan apabila website sekolah tidak ditangani dengan cara oneman show, tapi ditangani oleh sebuah tim profesional yang terdiri dari administrator dan publisher atau penulis. Administrator memiliki tanggung jawab dan wewenang mengutak atik konten dan tampilan website agar tampak hidup, melakukan tanggapan dan respon atas feedback dari pengunjung dan memastikan website selalu update secara berkala dan berkesinambungan. Untuk tugas ini, ada baiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang terutama yang melek teknologi.
Sementara publisher atau penulis menjadi penentu ada tidaknya tulisan baru muncul. Konten website berupa tulisan baik yang bersifat berita, opini, feature, karya sastra, atau sebuah gambar ilustrasi merupakan ruh dari sebuah website. Website akan hidup apabila selalu ada konten yang update. Dan website akan tampak mati dan ditinggalkan oleh pengujung apabila tak ada konten baru yang menarik. Untuk itu butuh seseorang atau tim yang memastikan ada tulisan baru secara berkala, apakah itu harian atau mingguan.
Tugas tulis menulis konten bisa saja dilakukan dan dirangkap oleh seorang administrator, tapi dengan banyaknya tugas yang diemban administrator terutama tugas utamanya di sekolah apakah mereka akan sanggup untuk konsisten menelurkan tulisan secara berkala? Sebaiknya tugas publisher ini diamahkan kepada para guru baik sesuai dengan bidang ilmu yang di miliki maupun lintas bidang ilmu yang ampu. Sebagai contoh tulisan bersifat motivasi belajar dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling (BK), tulisan bertema agama dan akhlaq diserahkan kepada para guru agama, liputan kegiatan sekolah oleh tim jurnalis sekolah atau oleh siswa. Tak menutup kemungkinan para guru menulis dengan tema bebas tanpa terikat bidang ajar yang diembannya, karena kita tahu guru tak hanya membaca dan memiliki pengetahuan di bidang yang diajarkannya saja.
Melibatkan para guru dan siswa dalam mengisi website tak hanya bermanfaat bagi perkembangan website saja, tetapi bisa menjadi media penyalur kreativitas para guru dan siswa. Sehingga para guru dan siswa terdorong untuk selalu mengembangkan kreativitasnya.
Pelibatan guru mengisi website tentu saja jangan sampai, mengganggu tugas utama mereka mendidik siswa. Agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar perlu ada pengaturan jadwal.
Meskipun demikian, sebenarnya mengisi tulisan di website bisa dikatakan menjadi alternatif bagi para guru dalam mendidik dan mengajar siswanya. Jika selama ini para guru mengajar di dalam kelas yang hanya didengarkan oleh siswanya yang berada di kelas, dengan membuat tulisan di website, pemikiran para guru bisa ditangkap oleh peserta didik yang lebih luas tidak terbatas yang berada di dalam kelas. Di era teknologi informasi saat ini, di mana para pelajar menjadi terbiasa surfing di internet, para pelajar menjadi kebanjiran informasi yang tak jarang memberi dampak buruk terhadap pelajar. Di sini kehadiran karya para guru di dunia internet sangat dibutuhkan.
Dengan adanya tim pengelola website yang terdiri dari administrator dan publisher, diharapkan website bisa hidup dan selalu update. Pak dan Bu Guru, mari kita update websitenya
Karena tulisan ini saya rasa dah terlalu banyak, dan akan sangat membosankan bila saya lanjutkan, maka hal kedua yaitu "konsep website", akan saya bahas dilain kesempatan. Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
__________________________
Berikut ini adalah daftar website dan blog sekolah - sekolah yang ada di Demak, bila ada yang belum tercantum mohon informasikan kepada saya di alamat email mumunto et gmail dot com:
- TPQ Sultan Fatah
- TKIT SDIT Permata Bunda
- MTs Al Irsyad Gajah
- MTs Futuhiyyah 2 Mranggen Demak
- MTs I'anatuth Thulab
- MTs NU Demak
- MTs Matholi'ul Falah Bonang Demak
- MTs Miftahul Ulum Ngemplak Mranggen Demak
- MTs Riyadhotul Ulum Dempet Demak
- MTsN Gajah Demak
- MTsN Karangawen Demak
- SMPN 1 Demak
- SMPN 1 Gajah Demak
- SMPN 1 Karangawen Demak
- SMPN 1 Mranggen Demak
- SMPN 1 Wedung Demak
- SMPN 2 Demak
- SMPN 2 Mranggen Demak
- SMPN 3 Bonang Demak
- SMPN 3 Mranggen Demak
- SMPN 3 Demak
- SMPN 5 Demak
- MA Al Irsyad Gajah
- MA Ibrohimiyyah Brumbung Mranggen Demak
- MA Mazda Karanganyar Demak
- MAN Demak
- SMAN 1 Demak
- SMAN 1 Guntur Demak
- SMAN 1 Karanganyar Demak
- SMAN 1 Karangtengah Demak
- SMAN 2 Demak
- SMAN 2 Mranggen Demak
- SMKN 1 Demak
- SMKN 2 Demak
- Yayasan Nurul Ulum Mranggen
- Yayasan Futuhiyyah Mranggen
Modified by Gallerico
Weh...
BalasHapusSekolah sekarang webnya sudah banyak yang sch dot id...
terima kasih share infonya, mas ihsan. saya setuju banget nih. mengelola web sekolah memang tak semudah mengelola blog pribadi. ada banyak pertimbangan yang perlu dipikirkan berkaitan dengan content karena menyangkut institusi. pengelolanya juga perlu tim yang solid. karena itu, sebelum membuat web sekolah perlu koordinasi yang matang sehingga yang mengelola (update dan maintenance) tidak berada di satu tangan yang dianggap menguasai ict. butuh kerja kolektif dan kolegial, hehe ...
BalasHapusKondisi ini tidak hanya di demak, di Majalengka juga sama, dan mungkin di kota-kota lain, semoga tulisan mas ihsan ini bisa memotivasi web sekolah dan intansi pemerintah lainnya, dan semoga para pemilik kebijakan memperhatikan kondisi ini.
BalasHapusTo Pak Marsudiyanto: moga tak sekedar sch do id, tapi diikuti oleh kontennya
BalasHapusTo Pak Sawali Tuhusetya: Sukses bwat website SMPN 2 Pegandon
To Mang Eka: Amien.. kita berharap konten yang beredar di dunia maya itu berkualitas