Demak - Bagi petani di wilayah Kecamatan Guntur, Mranggen, Sayung dan Karangawen, mendapatkan panenan berlimpah di musim kemarau tak pernah terbayangkan. Selama ini mereka selalu minus karena hasil panenan merosot. Ketika menanam tembakau, harga anjlok lantaran panen raya yang bersamaan. Belum lagi bila cuaca kemarau yang diiringi gerimis. Tembakau dipastikan rusak.
Begitu pula saat menanam jagung unyil, yakni jagung ukuran kecil yang dikhususkan untuk pakan burung. Panenan hanya mampu menghasilkan 1 ton tak bisa diharapkan memberi pendapatan lebih. Karena itu ketika melihat hasil panenan jagung hibrida yang mampu mencapai 12,7 ton perhektar, mereka merasakan kegembiraan luar biasa.
Misrudin, petani asal Desa Pamongan Kecamatan Guntur menuturkan, langkah Dinpertan Demak yang memberi keyakinan kepada petani agar menanam bibit jagung unggul, ternyata merubah pola pikir mereka. Ia mengaku pada tahun-tahun lalu selalu merugi, kalaupun mendapat laba tidak terlalu tinggi. Sekarang mereka merasa mendapat hasil melimpah.
Menurutnya, ketika mencoba bibit jagung hibrida sempat muncul perasaan khawatir. Sebab, ketika benih mulai tumbuh warna daunnya kurang hijau. Belum lagi saat musim kemarau di daerahnya mengalami kekurangan air. Sejak awal tanam, hanya mendapat pengairan minggu pertama. Dan setelah itu tak memperoleh suplai air hingga panen. Ternyata kekhawatirannya terjawab karena jagung hibrida sangat bagus, meski kekurangan air hasilnya cukup berlimpah.
Sementara itu Plt Kepala Dispertan Demak Ir Wibowo Msi mengajak para petani untuk berani mengambil terobosan baru dengan menggunakan bibit unggul. (ANA)
Begitu pula saat menanam jagung unyil, yakni jagung ukuran kecil yang dikhususkan untuk pakan burung. Panenan hanya mampu menghasilkan 1 ton tak bisa diharapkan memberi pendapatan lebih. Karena itu ketika melihat hasil panenan jagung hibrida yang mampu mencapai 12,7 ton perhektar, mereka merasakan kegembiraan luar biasa.
Misrudin, petani asal Desa Pamongan Kecamatan Guntur menuturkan, langkah Dinpertan Demak yang memberi keyakinan kepada petani agar menanam bibit jagung unggul, ternyata merubah pola pikir mereka. Ia mengaku pada tahun-tahun lalu selalu merugi, kalaupun mendapat laba tidak terlalu tinggi. Sekarang mereka merasa mendapat hasil melimpah.
Menurutnya, ketika mencoba bibit jagung hibrida sempat muncul perasaan khawatir. Sebab, ketika benih mulai tumbuh warna daunnya kurang hijau. Belum lagi saat musim kemarau di daerahnya mengalami kekurangan air. Sejak awal tanam, hanya mendapat pengairan minggu pertama. Dan setelah itu tak memperoleh suplai air hingga panen. Ternyata kekhawatirannya terjawab karena jagung hibrida sangat bagus, meski kekurangan air hasilnya cukup berlimpah.
Sementara itu Plt Kepala Dispertan Demak Ir Wibowo Msi mengajak para petani untuk berani mengambil terobosan baru dengan menggunakan bibit unggul. (ANA)
Percobaan di petani
BalasHapusyah nanti ujung2nya kaya kasus tembakau itu tadi mun, ketika supply melimpah, harga anjlok lagi. kasihan petani... ohh...wong2 demak, mesakno temen kowe
BalasHapus